Jumat, 05 Desember 2008

BETAWI AJE!

Nyok, kita nonton ondel-ondel, nyok!

Nyok kita ngarak ondel-ondel, nyok!

Ondel-ondel ada anaknya nye.

Anaknya ngider-der ideran.

Mak! Bapak ondel-ondel ngibing ser!

Ngarak penganten disunatin.

Goyangnya asik ndut-ndutan.

Yang ngiringin enjot-njotan!

Plank dung plang dung plang plak..plak..plak!

Gendang nyaring ditepak.

Yang ngiringin nandak pada surak-surak.

Tangan iseng jailin.

Pale anak ondel-ondel.

Tarukin puntungan, rambut kebakaran.

Anak onel-ondel jijikrakan.

Kepale nyale berkobaran.

Yang ngarak pada kebingungan.

Disiramin air comberan

Lirik lagu di atas pasti familiar di telinga kita walaupun hanya lirik-lirik awal saja yang kita hafal. Selebihnya cukup didendangkan.

Indonesia adalah negara yang plural, multiculture, aneka ragam. Begitu banyak kebudayaan yang dekat dengan lingkungan kita sehari-hari saja, masih belum kita mengerti betul seluk-beluknya. Seperti kebudayaan yang ada di Pulau Jawa ini, BETAWI.

Apa yang ada di benak kita saat mendengar kata Betawi? Sinetron Si Doel Anak Sekolahan? Makanan nikmat soto betawi? Atau sebuah kebudayaan yang sudah ada di Indonesia sejak tahun 1930 dan sekarang sedang berjuang untuk tetap eksis di tengah metropolisnya Jakarta?


BETAWI, THE DESCRIPTION

Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau Suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa, Arab, Bali, Sumbawa, Ambon, Melayu dan Tionghoa.

Kata Betawi digunakan untuk menyatakan suku asli yang menghuni Jakarta dan bahasa Melayu Kreol yang digunakannya, dan juga kebudayaan Melayunya. Kata Betawi sebenarnya berasal dari kata "Batavia", yaitu nama kuno Jakarta yang diberikan oleh Belanda.

Pada tahun 1930, kategori orang Betawi yang sebelumnya tidak pernah ada justru muncul sebagai kategori baru dalam data sensus tahun tersebut. Jumlah orang Betawi sebanyak 778.953 jiwa dan menjadi mayoritas penduduk Batavia waktu itu. Namun, sejak akhir abad yang lalu dan khususnya setelah kemerdekaan (1945), Jakarta dibanjiri imigran dari seluruh Indonesia, sehingga orang Betawi — dalam arti apapun juga — tinggal sebagai minoritas. Mereka semakin terdesak ke pinggiran, bahkan ramai-ramai digusur dan tergusur ke luar Jakarta. Walaupun sebetulnya, ’suku’ Betawi tidaklah pernah tergusur atau digusur dari Jakarta, karena proses asimilasi dari berbagai suku yang ada di Indonesia hingga kini terus berlangsung dan melalui proses panjang itu pulalah ’suku’ Betawi hadir di bumi Nusantara.

Sifat campur-aduk dalam dialek Betawi adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara umum, yang merupakan hasil perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing.

Dalam bidang kesenian, misalnya, orang Betawi memiliki seni Gambang Kromong yang berasal dari seni musik Tionghoa, tetapi juga ada Rebana yang berakar pada tradisi musik Arab, Keroncong Tugu dengan latar belakang Portugis-Arab,dan Tanjidor yang berlatarbelakang ke-Belanda-an. Saat ini Suku Betawi terkenal dengan seni Lenong, Gambang Kromong, Rebana, Tanjidor dan Keroncong.


LOVE AND LEARN IT

Karena mix and match-nya, kebudayaan Betawi jadi menarik. Bahasa Betawi di lagu Ondel-Ondel terdengar lucu, suara dan bentuk tanjidor yang memekakkan telinga terdengar ramai, canda lenong terdengar segar. Budaya Arab, Belanda, Cina melebur menjadi satu dan menjadikan Betawi sebagai budaya yang unik. Ciri khasnya membuat kita ingat tentang budayanya.

Betawi dekat dengan kita, yang sekarang ini secara geografis terletak di satu pulau yaitu Pulau

Jawa. Ditambah lagi dengan keunikan lainnya yaitu, suku Betawi tinggal di tengah kota metropolitan Jakarta. Dan mereka survive. Mereka eksis sampai sekarang. Bahkan di tahun 90-an sinetron Si Doel dan Lenong Bocah menjadi tontonan primadona khalayak Indonesia. Budayanya eksis sampai ke program televisi.

Selain itu, ada sebuah stigma yang menarik tentang orang-orang Betawi. Masyarakat Betawi identik dengan masyarakat kelas dua. Pekerjaan mereka hanya sebagai petani atau guru yang notabene berpenghasilan kecil. Namun stigma itu berhasil dipatahkan dengan adanya nama-nama, Muhammad Husni Thamrin, Benyamin S, bahkan hingga Gubernur Jakarta saat ini, Fauzi Bowo. Anak-anak Betawi inilah yang membuktikan bahwa Betawi pun memiliki taring di masyarakat.

Ada beberapa hal yang positif dari Betawi yang bisa dipelajari antara lain jiwa sosial mereka sangat tinggi, walaupun terkadang dalam beberapa hal terlalu berlebih dan cenderung tendensius. Orang Betawi juga sangat menjaga nilai-nilai agama yang tercermin dari ajaran orangtua (terutama yang beragama islam), kepada anak-anaknya. Masyarakat Betawi sangat menghargai pluralisme. Hal ini terlihat dengan hubungan yang baik antara masyarakat Betawi dan pendatang dari luar Jakarta.

Orang Betawi sangat menghormati budaya yang mereka warisi. Terbukti dari perilaku kebanyakan warga yang mesih memainkan lakon atau kebudayaan yang diwariskan dari masa ke masa seperti lenong, ondel-ondel, gambang kromong, dan lain-lain.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan sebagian besar masyarakat Betawi masa kini agak terpinggirkan oleh modernisasi di lahan lahirnya sendiri, Jakarta. Namun tetap ada optimisme dari masyarakat Betawi bahwa generasi mendatang yang justru akan menopang modernisasi tersebut.

Jadi mulai sekarang, jangan lagi menggambarkan Betawi hanya dengan ondel-ondel, soto atau Si Doel. Karena Betawi tidak sesempit itu. Banyak hal yang bisa didapat dari budaya Betawi.


Selamat berkenalan dengan Betawi!

Sumber data : www.wikipedia.org

4 komentar:

Danie Cung Cung mengatakan...

boleh kenalan sama ondel-ondelnya nggak?? hehehe..

s-(H)-i-(A)-v-(N)-a-(S)-n-o mengatakan...

wahh..nice post..
actually there r only 2 things accross in my mind when i hear the word 'BETAWI' :
1. Si Doel Anak Sekolahan - Indonesian TV program which tells us bout Betawi culture n his family. This program makes me eager to watch it from 7 to 8 o'clock (at RCTI, if im not wrong), started with SDAS I until 3 (if im not wrong again) :P

2. Soto Betawi 'Bu Tien'
This is a kind of Indonesian cuisine which looks similar to Soto (yellow-soup-with-chicken-or-meat-inside-mixed-with-'lontong'-or-rice-and-some-vegetables-within), but some coconut water (santan) are added in it,together with tomato, and some palm oil.. :P
This is sold in MOG (Malang Olympic Garden-Food Court-at the top floor), with only 15.000 rupiahs for exchanging it with a bowl of this cuisine.. :P LOL!
I like it very much loo... ^^
Na, rin, u two must try this one..haha it's really tasty! ^^

mayBe mengatakan...

`rin-na..
kenapa pilih betawi??
hihi..
aku pengen coba makanan asli betawi yg ketoprak..
kayae enak hihi..
nyok..

Vivi Imelda mengatakan...

well.. jadi rindu ama ketoprak, sobet, kerak telor
blog nya mayan juga.. hehehehe ^^